Wednesday, January 18, 2012

Kepemimpinan Organisasi dan Manajemen Konflik Organisasi

Dalam kehidupan berorganisasi pastinya kita mengenal sosok seorang pemimpin. Pemimpin dalam organisasi tak ubahnya seperti sebagai motor penggerak sebuah organisasi. Organisasi tanpa seorang pemimpin seperti sebuah kendaraan tanpa mesin. Pertama kita pahami dulu secara terpisah apa itu organisasi ? dan apa itu kepemimpinan ?

Apa itu organisasi ? saya mencoba mendefinisikan bahwa organisasi adalah sekumpulan orang atau sekelompok orang yang mempunyai kesamaan visi misi dengan tujuan, target, dan sasaran tertentu. Dalam organisasi yang efektif pastinya memiliki struktur di dalamnya, bagaimana organisasi membagi dan mengkoordinasikan berbagai pekerjaan demi mencapai tujuan organisasi. Penataan organisasi penting sekali, mengapa penting ? Pertama, memfasilitasi pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Kedua, menentukan pola relasi kewenangan, karenanya mempengaruhi perilaku individu, kelompok, dan divisi dalam organisasi. Ketiga, menentukan pembagian tugas, sistem komunikasi, dan pola pembuatan keputusan. Keempat, struktur mengilustrasikan bentuk organisasi. Bentuk organisasi merupakan cerminan keterkaitan dan interaksi berbagai divisi, depertemen, fungsi dan organisasi. Kelima, Struktur menunjukkan tanggung jawab vertikal dan horisontal dalam bagan organisasi. Seringkali kita mendengar sebuah paradoks dalam organisasi yaitu individu dan kerja tim. Organisasi bagi saya itu adalah kerja team bukan individual. Organisasi yang efektif dan efisien adalah organisasi yang dikerjakan secara bersama-sama.

Apa itu kepemimpinan ? Kita tahu banyak tentan pemimpin, tapi sedikit tentang kepemimpinan. Kepemimpinan menurut saya adalah sebagai suatu hubungan interaksi antara seseorang dengan anggota yang dibawahinya. William G.Scott (1962), “Kepemimpinan adalah sebagai proses mempengaruhi kegiatan yang diorganisir dalam kelompok di dalam usahanya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan”. Kepemimpinan merupakan sebuah seni. Tanpa seni, solusi yang diberikannya hanya berdasarkan analisis rasional dan kontrol manajerial. Tanpa seni, kepemimpinan hanya sekedar manajemen. Kepemimpinan itu tentang perubahan, membawa orang lain ke arah baru, menyadari pentingnya visi baru. Kita harus tahu perbedaan antara kepemimpin dengan manajemen, berikut beberapa perbedaan yang saya ketahui :
Manajemen :
  1.  Prosesnya rasional, bekerja dalam suatu ruang dan waktu yang baku. 
  2. Bekerja dalam suatu keteraturan dan regulasi.
Kepemimpinan :
  1. Prosesnya intuitif, orang digiring keluar dari batas ruang dan waktu yang ada. 
  2. Bekerja dalam suasana keterbukaan dan perubahan.

Manajemen lebih mementingkan dan mengutamakan pada proses mengabaikan apakah nanti tercapai tidaknya hasil dan tujuan organisasi, sedangkan kepemimpinan itu mengutamakan individual-individual untuk mencapai tujuan tertentu yang telah di tetapkan bersama. Dari perbedaan di atas, seorang manajer tidak bisa menjadi seorang pemimpin. Namun, seorang pemimpin mampu menjadi seorang manajer. Jika kita bertanya bagaimana kondisi pemimpin jaman sekarang ? pemimpin jaman sekarang terlalu mengandalkan intelektualitas dan segala sesuatu dirasionalitas serta dikuantifikasi. Kemudian lebih mengandalkan kekuatan manajerial (berfokus pada rencana, sumber daya, dan output) dan cenderung mengabaikan “Human Emotions” serta “Human Values”. Kepemimpinan tidak hanya persoalan tentang “What we do ?”, tetapi juga “Who we are”. “What we do ?”, tujuan dicapai melalui cara yang paling efisien. Bagaimana mencapai sesuatu melalui orang lain sesuai dengan apa yang kita inginkan. “Who we are”, bagaimana mengembangkan potensi kita.

Keberhasilan suatu kepemimpinan tergantung pada kemampuan pemimpin untuk mengenali, memahami, dan menggunakan ritme dari interaksi. Pemimpin harus bisa memahami dan membentuk ritme kelompok. Selain itu Pemimpin yang dapat mengintegrasikan pola ritme kelompok atau organisasi akan membawa kelompok menuju kesuksesan. Penting kita tahu sisi emosional dalam kepemimpinan yaitu, “good leadership” selalu menyentuh orang lain, menstimulir pikiran dan emosi sehingga orang lain selalu hidup. Sentuhan melalui cara yang lebih personal, senantiasa membangkitkan dan menghidupkan; mengisnpirasi dan encourage orang. Sisi emosional dalam kepemimpinan juga mampu memberi energi untuk bergerak dan merubah organisasi bahkan seluruh masyarakat. Pada akhirnya esensi dari kepemimpinan itu sendiri adalah TRUST. Ada cara bagaimana kita mengembangkan personal leadership yaitu dengan konsep ”The Five Driver Of Success”. The five driver of success : (1). Self-direction; (2). People sklills; (3). Process Skills; (4). Communication; dan (5). Accountability.

Sesaat muncul kembali pertanyaan, apa yang menjadi sifat unggul seorang pemimpin dalam kepemimpinannya ? dengan demikian  diharapkan mampu menciptakan kepemimpinan yang bisa kompromi antara kepentingan organisasi dan individu-individu dalam organisasi. Menurut George D. Halsey, ada enam sifat unggul kepemimpinan yaitu kecermatan, keadilan, daya usaha, kebijaksanaan, kegairahan, dan pengendalian perasaan. Sebuah organisasi tidak luput dari berbagai konflik baik dari luar organisasi maupun dari internal organisasi. Apa yang harus dilakukan pemimpin bila organisasi yang di pimpinnya mengalami sebuah masalah atau konflik ? Yang harus dilakukannya yaitu “manage conflict and change”. Seorang pemimpin haruslah mampu menangani kesalahan secara efektif dengan menggunakan suatu pendekatan human relation. Prinsip-prinsip human relation (Dale Carnegie): “Pada dasarnya orang tidak berubah orang justru bertumbuh. Orang lebih mudah untuk menerima ide-ide baru dalm bimbingan bilamana mereka merasa bahwa ide-ide dan pendapat-pendapat mereka telah turut dipertimbangkan.” Kemudian pemimpin harus membicarakan permasalahan atau situasi bermasalah dan memberi peneguhan ulang kepada yang bersangkutan serta menjual ide perubahan dengan cermat juga mempertimbangkan semua kemungkinan. Konflik adalah bagian dari kehidupan, tidak bisa dihindari. Manifestasinya bisa konstruktif bisa destruktif dan konflik bisa membuat frustasi muncul, hilang kesabaran, dan menyerah. Dari sini kemudian timbul pertanyaan lagi bagaiman agar bisa konstruktif ? perlu resolusi konflik yang efektif kemudian mendengarka merupakan peran yang sangat penting dalam proses konflik serta komunikasi terbuka, penerimaan, tentunya juga ada TRUST. Pondy’s Model of Conflict (1967):
  1. Latent conflict : konflik berpotensi muncul karena persoalan struktur, desain. 
  2. Perceived conflict : pegawai menyadar konflik dan menganalisa sebabnya. 
  3. Felt conflict : pegawai mengambil posisi, argumen muncul. 
  4. Manifest conflict : Agresi terbuka, agresi pasif kepada unit kerja lain. 
  5. Conflict aftermath : konflik dapat diselesaikan atau tetap berlangsung.
Adapun sumber konflik di organisasi:
  1. Tujuan berbeda. 
  2. Diferensiasi ketergantungan tugas. 
  3. Integrasi lemah. 
  4. Resources terbatas. 
  5. Perbedaan individu. 
  6. Imbalan tidak kompatibel. 
  7. Ambiguitas tanggung jawab. 
Hal yang dapat dilakukan dalam mengelola konflik adalah dengan melakukan evaluasi desain organisasi; perjelas tujuan, peran, dan tanggung jawab; bangun mekanisme integrasi untuk mendorong kolaborasi; adanya sistem yang mampu mencegah eskalasi konflik (misalnya, resolusi dispute, mediator). Berikut “The 5 Step Approach (Manage Conflict and Change)” : (1). Build rapport, Hubungan baik adalah kumpulan dari niat baik dan saling percaya yang diakumulasikan melalui perlakuan yang adil dalam waktu yang lama. Ketika anda bertemu dengan orang yang membuat kesalahan, mulailah dengan membuat orang yang bersangkutan merasa nyaman dan kurangi ketegangan. Salah satu cara untuk melakukan itu adalah dengan memulai penghargaan yang tulus, disertai dengan bukti. Bicarakan suatu perilaku positif yang anda dan bukan hanya sekedar pujian; (2). Relate situation, dalam langkah ini kita harus memfokuskan diri bukan pada orangnya tetapi pada permasalahannya. Hilangkan referensi pada pribadi orang tersebut dan bicarakan permasalahan, yang keliru adalah tindakannya bukan orang yang melakukannya. Kita ingin memberi orang yang bersangkutan suatu kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi dan kemudian menginformasikan kepada orang tersebut apa yang telah kita ketahui mengenai permasalahan tersebut. Dengan mengurangi sikap defensif (bela diri) dan tidak langsung menarik kesimpulan, kita akan melihat berbagai sudut pandang, dan akar permasalahan harus ditemukan; (3). Restore performance, tujuan diri langkah ini adalah untuk memperbaiki kesalahan, untuk mengurangi kemungkinan masalah yang sama terulang kembali, dan untuk memulihkan (restore) kinerja yang bersangkutan. Langkah ini juga melibatkan perencanaan  untuk menemukan suatu cara untuk memastikan masalah tersebut tidak terulang lagi; (4). Reassure, fokus dari langkah ini adalah orang itu sendiri. Tentu saja orang yang telah membuat kesalahan, sedikit banyak, merasa gagal dan kemungkinan sekali merasa kurang percaya diri untuk menghadapi peluang baru. Oleh sebab itu, kita sebagai atasan perlu menolong anggota tersebut untuk melihat situasi yang ada dari sudut pandang yang berbeda; (5). Remove, kadang-kadang kita menemukan bahwa anggota yang bersangkutan tidak cocok untuk tugas atau departemen tertentu. Kita perlu mempelajari kekuatan, minat, dan sasaran pribadi dari sang anggota, serta mencari tempat yang lebih tepat baginya di dalam organisasi. Dalam berorganisasi perlu sekali membangun kerja tim, mengapa demikian ? yang pertama, persoalan idak selalu linier. Kedua, orang tidak bisa kerja sendiri. Ketiga, orang perlu komunikasi. Keempat, perlu pemimpin dalam setiap aktivitas bersama. Kelima, ide-ide kreatif sering muncul dari orang lain. Keenam, perlu inisiator dalam keteledoran kolektif. Ketujuh, gangguan eksternal seringkali tak terduga. Adapun kompetensi Teamwork diantaranya kehendak untuk bekerja secara :
  1. Kooperatif dengan orang lain.
  2. Aktif menjadi bagian dari kelompok.
  3. Memiliki tujuan bersama. 
  4. Komitmen untuk mencapai tujuan kelompok. 
  5. Menghargai masukan dari orang lain. 
  6. Mendorong semua anggota untuk berpartisipasi

Adapun kompetensi Team Leadership yaitu:
  1. Mengambil peran sebagai pemimpin dalam suatu kelompok dan memastikan adanya suatu kejelasan di antara anggota kelompok. Suatu keinginan untuk memimpin orang lain. 
  2. Menyediakan dukungan dan sumber daya. 
  3. Melindungi kelompo dan reputasinya di mata organisasi yang lebih besa atau di hadapan masyarakat.

Leadership atau leader yang baik adalah leader yang mampu memberi contoh tentang bagaimana mengerjakan pekerjaan dari orang yang superior; meningkatkan kinerja dari anggota teamny; Peacemaker, mendengar sudut pandang yang berbeda-beda dan mengrahkan agar terjadi kesepakatan dan tujuan yang dapat di capai bersama; Infectuous leader, seorang motivator; Ethical plumb line, menjadi tolak ukur dari etika kerja dan kinerja bawahannya; Bold leader, dapat membawa anggotanya ke arah tujuan yang diinginkan; dan Vision carter Man (or Woman) of his word, dipercaya anggota team sebagai seorang advocate, teman dan juga pemimpin. Selain itu ada juga hambatan bagi seorang leader : keras kepala, menolak untuk mendengarkan saran atau kritik, mencari kepentingan pribadi bukan kepentinga kelompok, dan kegagalan untuk mentaati aturannya sendiri.

Akhirnya sampai di ujung bahasan kita dari penjelasan yang saya coba jelaskan di atas mengenai kepemimpinan organisasi dan manajemen konflik organisasi. Hal tersebut saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan berorganisasi. Bila kita menjadi seorang manajer ataupun seorang pemimpin dalam suatu organisasi, yang harus kita ingat dan lakukan adalah memelihara nilai-nilai dan tujuan organisasi yang harus diterjemahkan ke dalam aksi dan pentingnya dimensi moral dalam dunia kerja. Dari penjelasan di atas juga saya berikan sedikit tentang manajemen konflik dan bagaimana cara mengelola konflik organisasi. Semoga tulisan ini dapat membantu menjawab pertanyaan yang kelak muncul dalam diri kita seperti, “Bagaimana kita dapat menangani suatu kesalahan tanpa membuat pelaku/pihak yang berkonflik tersinggung dan apakah kita telah menciptakan suatu lingkungan dimana orang dapat belajar dari kesalahan mereka.” Terakhir saya tambahakan sedikit sebagai penutup dari manajemen konflik organisasi yang telah saya utarakan di atas. Bagaimana agar kita mampu mengelola konflik agar konstruktif yaitu dengan interaksi antar faktor. Dibutuhkan pula lingkungan yang produktif. Pengetahuan saja tidak cukup, resolusi konflik memerlukan keahlian tertentu. Manajemen konflik yang konstruktif memerlukan Emotional awareness dan keahlian interaksi sosial, karena konflik tidak selalu rasional. Sekian yang dapat saya bagikan tentang kepemimpinan organisasi dan manajemen konflik organisasi. Semua tulisan ini saya dapat dari kegiatan perkuliahan dan tentunya pengalaman saya berorganisasi terutama di HMI (himpunan mahasiswa islam) Cabang Surabaya Komisariat FISIP Airlangga. Sekian dan terima kasih . .

Oleh : Moh. Rizal S

No comments:

Post a Comment